Akses blog Rohis 146 melalui HP/Ponsel kamu dengan klik link ini: www.rohis146.blogspot.com/?m=1

MABIT Ke-2 Rohis Al-Hidayah

WordPress plugin

Hukuman Bagi yang Murtad Dalam Islam

Salah satu yang menjadi perhatian orang terhadap Islam adalah bagaimana Islam menanggapi pemeluknya yang murtad (keluar dari Islam). Ada pemikiran keliru yang berkembang dan dihubungkan dengan Alquran, termasuk oleh sebagian orang Islam sendiri - yang mempunyai pemikiran bahwa Alquran mengatakan bahwa hukuman bagi yang murtad adalah orang semacam itu harus dipenggal. Hal mana ini juga yang dijadikan alasan bagi mereka, dari kalangan non muslim khususnya , mengatakan bahwa Islam adalah agama Teror. Kenyataannya sebenarnya justru kebalikan dari itu. Alquran dimanapun tidak pernah menyebutkan bahwa hukuman murtad adalah membunuh orang yang bersangkutan. Alquran menyatakan:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian ingkar, kemudian beriman lagi, kemudian ingkar lagi, kemudian kian bertambah dalam kekufuran, sekali-kali Allah swt. tidak akan mengampuni mereka dan tidak pula akan menunjukkan jalan lurus kepada mereka. (Q.S. 4:137)

Orang bisa membayangkan bahwa jika hukuman murtad adalah dengan pembunuhan, maka apakah memungkinkan bagi seseorang yang murtad, kembali ke pangkuan Islam untuk kedua kalinya? Jika hukumannya adalah kematian – seperti yang mereka katakan – maka tidak ada kemungkinan bagi seseorang kembali kepada Islam. Namun Alquran jelas menyatakan bahwa adalah sangat mungkin bahwa seorang Muslim yang meninggalkan agamanya untuk beberapa alasan bisa kembali pada keyakinannya jika ia menginginkannya. Pilihan dan opsi selalu ada disini. Tidak ada hukuman disebabkan kemurtadan maupun unsur paksaan untuk memaksa seseorang dengan cara apapun untuk menerima Islam dan kemudian tetap menjadi Islam sampai akhir hayat.


Menurut Islam, agama adalah perihal pilihan. Jika seseorang senang dengan kebenaran islam dan mereka puas, tentu saja mereka sangat dipersilahkan dan bergabung dengan Islam. Tetapi jika mereka memutuskan untuk tidak melakukannya, maka tidak ada paksaan dan bahkan jika setelah masuk Islam kemudian mereka ingin pergi, maka merekapun bisa pergi. Allah taala akan melihat hal ini dalam kehidupan yang akan datang tetapi tak seorangpun memiliki kewenangan untuk mengeluarkan hukuman bagi yang murtad.
Justify Full

sumber: http://agama-islam.org/islam-bukan-agama-teror

Santunan Yatim, Piatu & Dhu'afa 1433H - 2011

Alhamdulillah hari ini selasa, 6 Desember 2011 bertepatan dengan 10 Muharram 1433H, SMPN 146 Jakarta telah mengadakan kegiatan santunan anak yatim, piatu dan du'afa dalam rangka memperingati hari Asyura' 1433H. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh OSIS. Sejumlah 90 orang peserta didik terdiri dari yatim, piatu dan du'afa telah diberikan santunan.

Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan kepala sekolah Bp. Drs. H. Imam Suyanto (kiri) dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada dua orang peserta didik secara simbolis yang selanjutnya diberikan kepada peserta didik yang sudah berada di musholla oleh wakil kepala sekolah dan guru agama Islam di dalam musholla. Sumber santunan tersebut disumbangkan oleh Ibu Hj. Muthomimmah, S.Pd selaku guru IPS di SMPN 146 jakarta sebanyak 60 orang, selebihnya dari infaq bapak dan ibu guru secara kolektif dan amal jumat.

Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu meringankan beban ekonomi peserta didik terutama yang yatim, piatu dan du'afa. Kepala sekolah berpesan agar pemberian santunan tersebut digunakan sebaik-baiknya dan tidak disalah gunakan. Semoga kegiatan ini terus dapat berjalan di sekolah ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada Kepala sekolah yang telah mengizinkan dilaksanakan kegiatan ini sebagai bentuk perwujudan program kerja OSIS periode 2011-2012. Kami ucapkan terimakasih juga kepada bapak dan ibu guru yang telah menginfaqkan sebagian rizkinya untuk kegiatan santunan ini. Semoga apa yang telah diberikan dicatat sebagai amal sholeh oleh Allah SWT dan diganti dengan yang lebih baik. Kami ucapkan terimakasih banyak untuk seluruh peserta didik yang ikut menyukseskan program kerja OSIS, dan tak lupa terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk pengurus OSIS 2011-2012 yang telah bekerja keras untuk mewujudkan program kerjanya, dan Alhamdulillah dapat terlaksana.
sumber: SMPN 146 Jakarta

Apakah Kita Tergolong Di Dalamnya?

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."(QS. Al-A’raaf: 179)

Sesungguhnya kebanyakan jin dan manusia itu adalah makhluk yang diciptakan untuk isi neraka jahannam! Mengapa begitu? Ada dua pandangan mengenai hal ini.

Pertama, sudah diketahui di dalam ilmu Allah yang azali, bahwa makhluk-makhluk ini akan masuk neraka jahannam. Hal ini tampaknya tidak memerlukan tindakan nyata yang karena tindakan ini mereka pantas masuk neraka. Maka, ilmu Allah itu meliputi sesuatu yang tidak terikat pada waktu dan tidak terikat pada gerakan nyata yang akan timbul sesudah itu dalam alam kebiasaan.

Kedua, ilmu yang azali (yang tidak terikat pada masa dan gerakan dalam alam manusia) bukan yang mendorong makhluk-makhluk ini kepada kesesatan yang karenanya mereka layak masuk neraka. Tetapi, yang menyebabkan mereka masuk neraka adalah karena keadaan dan sikap mereka seperti yang digambarkan dalam nash ayat tersebut.

“…Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)...."

Jadi, mereka tidak mau membuka hati yang telah diberi kemampuan untuk memikirkan petunjuk-petunjuk keimanan dan hidayah yang terbentang di alam semesta. Juga, di dalam risalah-risalah yang dapat diketahui oleh hati yang terbuka dan pandangan yang melek.

Namun, mereka tidak mau membuka mata mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Juga tidak mau membuka telinga mereka untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang dibacakan (Alquran).

Mereka telah mengabaikan perangkat-perangkat yang telah diberikan kepada mereka ini. Mereka tidak mau mempergunakannya. Mereka hidup dalam kelalaian dan tidak mau memikirkan dan merenungkan.

“….Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Orang-orang yang lalai terhadap ayat-ayat Allah di alam semesta dan di dalam kehidupan, dan yang lalai terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri mereka dan orang lain. Sehingga, tidak melihat adanya tangan Allah pada semua itu. Maka, mereka itu bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi.

Binatang ternak memiliki perangkat-perangkat instingtif yang dapat menuntun mereka. Sedangkan, jin dan manusia ditambah lagi dengan kalbu yang dapat memahami, mata yang dapat memandang, dan telinga yang dapat menangkap suara.

Apabila mereka tidak membuka hati, mata, dan pendengaran mereka untuk memikirkan dan merenungkan ketika mereka menempuh kehidupan dengan lengah, maka mereka itu lebih sesat dari pada binatang ternak yang cuma dibekali fitrah saja. Sesudah itu, mereka akan menjadi isi neraka jahanam.

Qadar Allah berlaku pada mereka, sesuai dengan kehendak-Nya ketika menciptakan mereka dengan persiapan-persiapan dan potensi-potensi itu. Dia juga telah membuat aturan mengenai pembalasannya.

Maka, orang yang demikian sifat dan sikapnya, sebagaimana diketahui Allah dalam ilmu-Nya yang qadim, adalah isi neraka jahannam sejak mereka ada!